Belajar Jurnalistik dari Film Spotlight
Spotlight
merupakan sebuah film yang mengisahkan proses kerja jurnalistik yang
sebenarnya. Film yang diambil dari kisah nyata ini mengisahkan tentang
penyelidikan mengenai pelecehan seksual yang dilakukan oleh pendeta-pendeta di
Boston yang pada akhirnya membuat gereja katholik dan dunia menjadi gempar. Tim
investigasi dari The Boston Globe yaitu Spotlight, ditugaskan untuk menyelidiki
kasus ini. Kasus ini memang sensitif karena menyinggung masalah agama, dan di
daerah Boston mayoritas masyarakatnya memeluk agama katholik.
Film ini,
sangat menunjukan tugas wartawan (jurnalistik) yang sesungguhnya. Spotlight
disini sangatlah netral, tidak menambahkan sesuatu yang tidak ada, tidak menipu
pembaca, dan bersifat transparan. Mereka tetap menyelidiki kasus ini walaupun
diantara mereka pun beragama katholik. Karena wartawan harus bersikap netral,
mereka menjadikan prioritas utama untuk tidak menyakiti pihak manapun. Walaupun
dalam kisah ini, wartawan Spotlight “menyakiti” piihak tertentu khususnya pihak
gereja dan organisasinya. Namun bila hal itu dilakukan demi melayani
kepentingan yang lebih besar, maka hal itu masih dapat dianggap sebagai efek
samping yang layak diterima.
Wartawan
Spotlight pun sangat akurat. Mereka tidak mudah puas dalam menerima
kesaksian-kesaksian yang didapatkan dari para korban bahkan dari mantan pendeta
yang melakukan pelecehan seksual sekalipun, walaupun kesaksian mereka sangat
menggiurkan untuk segera dimuat. Pimpinan mereka menyuruh agar wartawan
Spotlight untuk terus menyelidiki mereka bahkan sampai kepada latar belakang
mereka. Wartawan Spotlight tidak ingin terburu-buru walaupun deadline memburu mereka. Hal itu
disebabkan karena mereka ingin memuat berita yang benar dan terpercaya
berdasarkan data dan fakta yang mereka dapatkan daripada mereka menjadi Koran
pertama yang memuat berita itu, tetapi tidak akurat sehingga bisa dibantah atau
dituntut balik.
Dalam diri
masing-masing wartawan Spotlight, mereka pun memiliki karakter yang kuat. Salah
satunya adalah rasa keingintahuan yang
tinggi. Mereka tak kenal lelah untuk mengumpulkan data dan fakta mengenai kasus
yang mereka selidiki. Selama berbulan-bulan mereka mengemati atau melakukan
observasi yang berkelanjutan. Dedikasi mereka untuk mengungkap kebenaran yang
telah ditutup-tutupi oleh banyak orang sangatlah baik. Mereka bisa menciptakan
suatu hubungan antara diri mereka sendiri dengan para narasumbernya, mereka
sangat bisa menyesuaikan diri dengan siapa dan dalam suasana apa mereka
berkomunikasi. Karena mereka melakukan pendekatan yang sesuai, mereka bisa
mendapatkan informasi yang diperlukan yang berasal dari narasumbernya. Mereka
pun memiliki daya ingat yang tinggi. Hal itu dapat dilihat dari kemampuan
mereka dalam mengingat informasi yang mereka dapatkan meskipun narasumbernya
meminta agar mereka tidak menggunakan buku catatan ataupun voice recorder. Boston Globe pun menyimpan berkas catatan yang
lengkap sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam menulis
artikel/berita selanjutnya.
Tim Spotlite
merupakan salah satu contoh penerapan tugas jurnalistik yang sesungguhnya yang
berada di dunia nyata. Tim Spotlite berhasil mengungkap suatu kebenaran dari
masalah yang sudah bertahun-tahun ditutupi kebenarannya. Tim wartawan Spotlight
terbukti memiliki rencana (planner),
penelitian (researcher), laporan (reporter), tulisan (writer), penyuntingan (editor),
dan administrasi yang baik.
Sumber:
Ishwara, Luwi.
2007. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar (Vol.1). Jakarta: Kompas.
Komentar
Posting Komentar