Sebuah Opini: Menghargai Sebutir Nasi

Seorang  pemuda memesan suatu paket makanan di sebuah restoran junk food di daerah Gading Serpong. Tampak pesanan yang begitu banyak, mulai dari nasi ayam, burger ukuran besar, kentang goreng, dan minuman soda yang ia pesan untuk satu orang.

Sekilas terlihat bahwa pemuda itu merasa sangat lapar karena banyaknya pesanan yang ia pesan. Sesekali ia memakan makanan dan minumannya dengan lahap dan dengan tempo yang cepat. Hal seperti itu hanya berlangsung sementara saja. Pemuda tersebut pada akhirnya tidak sanggup menghabiskan makanan dan minumannya. Dari keseluruhan pesanan yang ia pesan, mungkin hanya sekitar setengahnya yang ia habiskan. Sisa makanan itu ditinggalkannya begitu saja.

Membuang-buang makanan, sikap seperti itu tidak hanya dilakukan oleh pemuda itu. Banyak orang yang semakin tidak menghargai makanan terutama dikehidupan yang serba  modern ini. Generasi sekarang yang semakin kesini sikap kepedulian dan penghargaannya semakin rendah, merupakan salah satu faktor dalam melakukan tindak seperti itu.

Analoginya  adalah menghargai sebutir nasi saja tidak bisa, bagaimana menghargai hal lain yang cakupannya lebih besar dan lebih luas?

Sikap kebanyakan orang di zaman ini yang individualistis (terutama mereka yang tinggal di perkotaan), yang terlalu sibuk dengan urusan pribadinya tanpa memikirkan kehidupan kolektifnya, membuat sikap saling menghargai terhadap orang lain menurun. Kebanyakan orang bersikap masa bodoh dan ga mau tahu apa yang menjadi penderitaan orang lain.

Makan secukupnya.
Jika memang keadaan kita yang sedang sangat lapar, konsumsilah makanan dengan porsi yang tidak berlebihan dan sesuai dengan diri kita. Caranya dengan tidak mengikuti hawa nafsu untuk membeli ini dan itu, yang malah akan membuat kekenyangan.

Sementara itu, ingatkah saat kita makan, kita sudah lebih beruntung dari orang-orang diluar sana yang bahkan sulit untuk makan sehari satu kali. Banyak orang-orang yang masih kelaparan. Makanan sisa kemarin pun, tetap mereka makan di keesokan harinya untuk menutupi rasa laparnya.

Dari anak-anak hingga dewasa di suatu daerah tertentu yang masih sangat minim keadaan ekonominya, tidak sanggup untuk membeli bahan-bahan kebutuhan pokok, tak kala mereka mengganjal rasa lapar mereka dengan makan makanan yang tidak layak untuk dimakan.

Sungguh ironis.

Kita sebagai orang yang berbudaya timur yang menjunjung tinggi kekeluargaan dan gotong royong, seharusnya bisa lebih menghargai suatu hal dengan lebih baik. Termasuk menghargai makanan dengan menghabiskan makanan kita sampai bersih.

Memang, dengan memakan makanan kita sampai habis tidak memberikan efek secara langsung bagi orang-orang yang kekurangan makanan itu, tetapi akan lebih baik jika kita mulai menghargai hal sederhana seperti itu, dengan selalu bersyukur apa yang telah dimiliki.

Dengan memulai menghargai sesuatu hal yang kecil, akan senantiasa menuntun diri kita dalam menghargai sesuatu yang lebih besar dan tentu dapat berguna bagi diri kita sendiri dan bagi orang banyak.

Semoga bermanfaat :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Hulu Hilir Selokan Mataram

Pelangi: Toleransi dan Keberagaman

Before The Flood: Belajar Mencintai Alam