The Post: Suatu Dilema Idealisme Jurnalistik


Sinopsis
Perusahaan surat kabar, The Washington Post mempublikasikan dokumen rahasia milik pemerintah Amerika Serikat. Dokumen rahasia itu berisi informasi tentang pemerintah Amerika yang melakukan pembohongan publik yang menyatakan bahwa kebijakan perang Vietnam merupakan upaya Amerika untuk menyelamatkan Vietnam dari komunisme, dan terus meyakinkan rakyat Amerika bahwa perang tersebut pada akhirnya dapat dimenangkan oleh negara mereka.
Seseorang yang bekerja sebagai analis militer untuk kebijakan Perang Vietnam yang dilancarkan oleh Amerika Serikat, Daniel Ellsberg yang diperankan oleh aktor Matthew Rhys menyadari kebohongan tersebut, yang akhirnya mendorong dirinya untuk mencuri dokumen tersebut untuk diberikan kepada media surat kabar agar bisa dipublikasikan dan diketahui oleh publik. Ellsberg pun memberikan dokumen rahasia sepanjang 4000 halaman tersebut kepada beberapa perusahaan surat kabar. Pertama-tama Ellsberg memberikan kepada The New York Times. Setelah berhasil menerbitkan berita tersebut, The New York Times dilarang beroperasi oleh pemerintah Amerika Serikat karena disebut membahayakan stabilitas negara dan menyalahi Undang-undang Spionase.
 Walaupun The New York Times dilarang beroperasi, pemberitaan mengenai dokumen itu masih berlanjut karena Ellsberg juga memberikan salinan dokumen rahasia itu kepada The Washington Post. Ben Bradlee yang saat itu menjabat sebagai editor ingin mengubah (framing) The Washington Post agar berita utamanya tidak lagi hanya memberitakan tentang kebaikan-kebaikan pemerintah dan negara Amerika saja. Ia berjuang untuk mendapatkan berkas tersebut dan menyakinkan kasus ini harus diberitakan hingga tuntas. Namun, banyak pertimbangan yang harus dihadapi oleh The Washington Post untuk mempublikasikannya.
Saat itu, The Washington Post yang dipimpin oleh Katherine Graham yang diperankan oleh aktris senior Meryl Streep baru saja mendapat banyak investor untuk memajukan perusahaan media tersebut. Mereka berpotensi akan kehilangan investor apabila mengkritik atau memberitakan hal buruk tentang pemerintah yang terindikasi akan mengganggu stabilitas negara, bahkan beresiko bisa ditutup. Tokoh Graham sebagai publisher pemula diuji. Ia yang sebelumnya tidak terlalu paham mengatur dan memimpin perusahaan media, yang merupakan perusahaan keluarganya, dituntut untuk mengambil keputusan besar. Wanita ini harus memilih antara menerbitkan pentagon papers (dokumen yang berisi kebohongan pemerintah AS yang dicuri dan dibeberkan Daniel Elsberg), atau berpihak pada para investor dan politisi yang juga adalah teman-temannya.
Ia kemudian mengorbankan kepentingan bisnis, dan dengan bijak memilih untuk bersikap independen yang adalah prinsip utama jurnalistik. Akhirnya, The Washington Post mempublikasikan dokumen rahasia tersebut. Masyarakat Amerika pun menyadari bahwa selama ini mereka telah dibohongi oleh pemerintah Amerika Serikat.

Penilaian:
Film ini tergolong sulit dan segmented untuk ditonton. Penonton harus memiliki bekal pengetahuan mengenai kasus pembohongan publik yang pernah dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap negaranya sendiri. Bagi penonton yang sebelumnya tidak memiliki latar belakang pengetahuan tersebut, kemungkinan akan dibuat bingung. Permasalahan dalam film ini tidak secara nyata tergambarkan dengan jelas, terutama dalam menit-menit pertama, sehingga terkesan membosankan. Karena menurut kami alur cerita yang dibuat terkesan melompat-lompat, dari scene satu ke scene yang lain. Walaupun pada akhirnya dapat diikuti, karena karakter-karakter yang ada diperankan dengan sangat baik. Film ini sebenarnya memiliki cerita yang bagus, karena menggambarkan konflik internal yang dialami media yang ternyata tidak selalu mudah. Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan demi kelangsungan media. Apalagi di zaman itu mungkin kebebasan media belum terlalu bebas seperti sekarang, sehingga masih banyak rintangan yang harus dipikirkan kembali agar mendapatkan keadilan yang tidak berpihak atau tetap independen.
Sosok Katherine Graham merupakan wanita yang baru terjun dalam bisnis industri media. Ada rasa gugup dan dilema yang dialami Kay, panggilan akrabnya. Pada masa itu, posisi pemimpin sepertinya didominasi oleh kaum laki-laki. Tokoh ini diperankan dengan apik oleh Meryl Streep. Streep berhasil memerankan sosok Kay yang di akhir cerita digambarkan sebagai sosok yang bijak dan tangguh. Terbukti berkat aktingnya diperan tersebut untuk kesekian kalinya ia masuk ke dalam nominasi kategori Best Actress di Oscars 2018. Tokoh ini juga digambarkan dengan sangat baik, sehingga para penonton yang memiliki permasalahan serupa, dalam mencari rasa percaya diri dalam memimpin, dapat merasakan bahkan termotivasi oleh karakter tersebut. Selain Meryl Streep, aktor-aktor senior papan atas seperti Tom Hanks, Tracy Letts, Sarah Paulson, Bob Ondenkirk dan lainnya juga turut memainkan karakter mereka masing-masing dengan sangat baik dan memperkuat adrenalin  film ini.
Proses pembuatan berita juga cukup tergambarkan dengan baik, sehingga dapat terlihat bagaimana keadaan industri jurnalistik saat itu. Hal tersebut dapat dilihat dari suasana di newsroom The Post dari proses penyusunan, pembuatan, pengecekan hingga pencetakan berita mengenai pentagon papers yang dikerjakan kurang dari semalam. Peran-peran jurnalis yang ada di film ini terlihat sangat jelas. Selain itu, film ini banyak menggambarkan bagaimana pemerintah tidak bisa bungkam dengan keberadaan pers saat itu.
          Secara keseluruhan, film ini cukup memiliki nilai yang kuat terutama untuk para jurnalis. Film ini menggambarkan bagaimana dilema etik terkadang harus dihadapi media. Namun, pada akhirnya media tetap harus memilih menjalankan tugasnya, yaitu memberitakan kebenaran kepada masyarakat.

Penulis:
Angelina A. Legowo
Cindy C. Hienarta
Jenifer Sisilia
Pricilia Indah Pratiwi
Robin Boy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Hulu Hilir Selokan Mataram

Pelangi: Toleransi dan Keberagaman

Before The Flood: Belajar Mencintai Alam